Selasa, 06 November 2012

Mengapa Hanya Satu Sisi Bulan Saja yang Bisa Kita Lihat dari Bumi?

Periode rotasi Bulan tidak sama denga periode rotasi Bumi. Periode rotasi Bumi adalah 24 jam (1 hari), sementara periode rotasi Bulan adalah 27.3 hari.

Wajah bulan yang dilihat oleh seluruh manusia di Bumi, baik di Indonesia maupun di belahan Bumi lainnya selalu nampak sama.



Mengapa demikian? Wajah Bulan selalu pada sisi yang sama menghadap Bumi karena periode rotasi Bulan sama dengan periode revolusinya (waktu yang dibutuhkan untuk mengitari Bumi). Kenapa kedua periode ini bisa sama, disebabkan oleh fenomena yang dinamakan tidal locking atau penguncian pasang/gravitasi.

Fenomena penguncian gravitasi ini adalah fenomena umum dalam sistem gravitasi. Banyak satelit planet-planet lain juga terkunci gravitasi dengan planet induknya.

Kenapa fenomena tidal locking terjadi adalah karena adanya torsi yang diberikan Bumi kepada Bulan, dan Bulan bereaksi dengan menyesuaikan periode rotasinya sehingga tercapai kesetimbangan yaitu saat periode rotasinya sama dengan periode revolusinya.


Mengapa Bulan Berbentuk Sabit?

Fase Bulan (sabit maupun yang lain) terjadi karena kita yang di Bumi mengamati sinar matahari jatuh ke Bulan pada sudut pandang yang berbeda-beda.

Diagram berikut ini menggambarkan bagaimana posisi Bulan relatif terhadap Matahari dan Bumi menghasilkan fase Bulan sebagaimana kita lihat di Bumi.

Fase Bulan. Kredit: Space.com

Sebuah Objek Tertangkap Sedang Mengisi Bahan Bakar dari Matahari

Ilmuwan berspekulasi jika matahari kita bisa saja berfungsi sebagai stasiun bahan bakar. Spekulasi ini muncul setelah teleskop NASA berhasil mengabadikan kejadian langka dimana sebuah obyek ruang angkasa mengisi bahan bakar dari matahari.



Teleskop NASA menangkap gambar sebuah objek gelap berukuran planet sedang melintasi matahari dan sebuah benda seperti selang terlihat memanjang dari objek tersebut ke arah matahari.

Objek ini kemudian tenggelam dalam cahaya matahari kemudian menghilang ke ruang angkasa yang gelap. Video yang direkam oleh Solar Dynamics Observatory milik NASA ini menunjukkan bahwa objek gelap itu adalah sebuah bintang mati, bintang yang tak lagi memancarkan cahaya karena kehabisan bahan bakar.

Saat melewati matahari, bintang mati ini terlihat gelap karena suhunya lebih dingin daripada semburan korona matahari. Gravitasi bintang mati ini membuat sebagaian massa matahari ditarik, sehingga terlihat seperti sebuah selang memanjang.

Kejadian langka yang berhasil terekam kamera ini membuat munculnya teori baru bahwa bintang yang telah mati bisa saja hidup kembali setelah mengisi cukup banyak bahan bakar yang diambil dari bintang lain.


http://youtu.be/5AwrJQ7V6bw


Batu "Piramida" di Mars Mirip dengan Batuan Bumi

Sebuah kendaraan penjelajah (rover) bernama Curiosity kini sedang menjalani tugas mulia, menggantikan manusia untuk mengeksplorasi planet tetangga dekat Bumi, Mars.

Tak hanya menjelajah planet merah dan mengambil foto-fotonya, pada September lalu, Curiosity melakukan kontak pertama dengan batuan Mars yang berbentuk unik, mirip piramida.



Setelah diteliti oleh Curiosity, batu yang diberi nama "Jake Matijevic", untuk mengenang anggota misi yang meninggal Agustus lalu, ternyata tak seperti batuan Mars yang pernah dijumpai sebelumnya. Yang mengejutkan, ia justru mirip dengan batuan di Bumi.

Jenis batuan tersebut yang pertama ditemukan di Mars membantu memperluas pemahaman para ilmuwan tentang bagaimana batuan beku terbentuk.

Batu berbentuk piramida itu memiliki tinggi 40 cm, ditemui di tempat pendaratan di Curiosity di Mars, Kawah Gale.

Batu Jake kini digunakan sebagai target kalibrasi Curiosity untuk menguji coba 10 instrumen sainsnya. "Itu adalah batu dengan ukuran bagus pertama yang kami temukan di tengah perjalanan," kata Roger Wiens, peneliti utama instrumen Chemistry and Camera (ChemCam) Curiosity dari Los Alamos National Laboratory.

Akhir September lalu, Curiosity menggunakan ChemCam dan Alpha Particle X-ray Spectrometer (APXS) untuk menguak komposisi kimia batu Jake. Apa yang ditemukan mengejutkan.

"Spektrum yang kami lihat tak seperti yang dikira," kata investigator Ralf Gellert dariUniversity of Guelph, Kanada. "Tipe baru batuan yang ditemukan di Mars, yang tidak dilihat rover sebelumnya, Spirit dan Opportunity."

Batu Jake tampaknya memiliki konsentrasi elemen sodium, aluminum, dan potassium lebih tinggi. Sementara konsentrasi mahnesium, besi, dan nikel yang lebih rendah dari batuan beku lainnya yang dipelajari di Mars.

Jenis ini secara kimiawi, meski jarang terlihat, adalah jenis yang telah dipelajari dengan baik di Bumi, misalnya spesimen yang ditemukan di pulau-pulau samudra seperti Hawaii dan di tempat lain.

Di Hawaii misalnya, batuan tersebut berasal dari lelehan batuan di dalam gunung berapi yang ke luar dalam bentuk magma, yang kemudian kembali membeku dan mengkristal. Namun, para peneliti tidak mau buru-buru menyimpulkan batuan di Mars juga terbentuk dengan cara yang sama.

Curiosity, tokoh utama Mars Science Laboratory Mission yang bernilai US$2,5 miliar didaratkan ke planet merah untuk mempelajari apakah Mars mampu menopang kehidupan.

Tips Terhindar Dari Badai Petir

Memasuki musim hujan, BMKG meminta masyarakat waspada oleh ancaman hujan yang disertai petir. Maklum, petir memang menyimpan ancaman, yang bisa mengakibatkan kebakaran, rusaknya peralatan elektronik, bahkan merenggut nyawa.

Bagaimana berusaha sejauh mungkin dari serangan petir? Reynaldo Zoro, ahli petir di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Arus Tinggi Kelompok Keilmuan Ketenagalistrikan Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI), Institut Teknologi Bandung memberi tips seperti dilansir viva. Apa sajakah?
1. Di area terbuka
Lapangan terbuka menjadi tempat yang selama ini diketahui rawan petir. Karenanya Zoro menyarankan, "Jika di area ini, rapatkan kaki, jongkok, kepala ditundukkan. Kalau Anda sedang golf, stiknya taruh di sebelah Anda, jangan berteduh di bawah pohon. Jika berteduh di bawah pohon, harus berjarak 1 sampai 1,5 meter dari pohon atau dari dahan."
2. Buat perlindungan sederhana
Petir juga mengancam wilayah perkampungan. Untuk itu Zoro meminta masyarakat memasang sistem proteksi sederhana.

"Pakai pipa besi 2 inci terus disambung 1,5 inci lagi. Posisinya lebih tinggi 2 meter dari ketinggian rumah. Biar petir mengarah ke tiang tersebut," katanya.  
Perubahan iklim akibat pemanasan global ditambah banyaknya permukiman baru merubah struktur alam, sehingga berpengaruh pada perubahan cuaca. Pentingnya kesadaran pengelola perumahan agar tidak semata membangun perumahan harus juga memperhatikan sistem proteksi bagi penghuninya.
"Buat proteksi kawasan, lampu-lampu atau rumah tinggi dirancang dengan alat tahan petir dan juga lindungi sekelilingnya. Orang yang mampu buat proteksi ke lingkungan tertentu, misalnya, harusnya melindungi orang-orang yang ada di jalanan sekitarnya dengan sistem proteksi tersebut,"pungkas Zoro.

Peranan bahasa indonesia dalam era globalisasi

Peranan bahasa indonesia dalam era globalisasi

 

Pendahuluan
Kita tengah memasuki abad XXI. Abad ini juga merupakan milenium III perhitungan Masehi. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia.
Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultiur) dan gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu, antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai objek daripada subjek di dalam proses perubahan.
Bagaimana dengan bahasa dan sastra? Apakah yang terjadi dengan bahasa dan sastra Indonesia di dalam proses globalisasi? Apakah yang harus dilakukan dan kebijakan yang bagaiman yang harus diambil dalam hubungan sastra Indonesia dalam menghadapi proses globalisasi atau di dalam era pasar bebas?
Mitos Tentang Globalisasi
Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri . Kebudayaan lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
Anggapan atau jalan pikiran yang demikian tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tidak berguna. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi telah membuat surutnya peranan kekuasaan ideologi dan kekuasaan negara. Akan tetapi, Jhon Naisbitt dalam bukunya Global Paradox memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Di dalam bidang ekonomi, misalnya, Naisbitt mengatakan “Semakin besar dan semakin terbuka ekonomi dunia, semakin perusahaan-perusahaan kecil dan sedang akan mendominasi”. Ia di dalam bukunya itu juga mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks sehubungan dengan masalah ini. “Semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin bersifat kesukuan”, “berfikir lokal, bersifat global.” Ketika bahasa Inggris menjadi bahasa kedua bagi semua orang, bahasa pertama, bahasa ibu mereka, menjadi lebih penting dan dipertahankan dengan lebih giat.
Dari pernyataan Naisbitt itu, kalau kita mempercayai, proses globalisasi tetap menempatkan masalah lokal ataupun masalah etnis (tribe) sebagai masalah yang penting yang harus dipertimbangkan. Dalam bukunya yang lain Megatrends 2000, Naisbitt juga mengatakan bahwa era yang akan datang adalah era kesenian dan era pariwisata. Orang akan membelanjakan uangnya untuk bepergian dan menikmati karya-karya seni. Peristiwa-peristiwa kesenian yang akan menjadi perhatian utama dibandingkan peristiwa-peristiwa olahraga yang sebelumnya lebih mendapat tempat.
“Berpikir lokal, bertindak global”, seperti yang dikemukakan Naisbitt itu, pastilah akan menempatkan masalah bahasa dan sastra, khususnya bahasa dan sastra Indonesia, sebagai sesuatu yang penting di dalam era globalisasi. Proses berpikir tidak akan mungkin dilakukan tanpa bahasa. Bahasa yang akrab untuk masyarakat (lokal) Indonesia adalah bahasa Indonesia. Proses berpikir dan kemudian dilanjutkan proses kreatif, proses ekspresi, akan melahirkan karya-karya sastra, yakni karya sastra Indonesia.
Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia
Di dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik. Bahasa Indonesia yang tadinya hanya merupakan bahasa Melayu dengan pendukung yang kecil telah berkembang menjadi bahasa Indonesia yang besar. Bahasa ini telah menjadi bahasa lebih dari 200 juta rakyat di Nusantara Indonesia. Sebagian besar di antaranya juga telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah “menggusur” sejumlah bahasa lokal (etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Di dalam persaingannya untuk merebut pasar kerja, bahasa Indonesia telah mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang modern pula.
Perkembangan yang demikian akan terus berlanjut. Perkembangan tersebut akan banyak ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakat dan peranan yang strategis dari masyarakat dan kawasan ini di masa depan. Diramalkan bahwa masyarakat kawasan ini, yaitu Indonesia, Malasyia, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam, dan Filipina akan menjadi salah satu global-tribe yang penting di dunia. Jika itu terjadi, bahasa Indonesia (lebih jauh bahasa Melayu) juga akan menjadi bahasa yang lebih bersifat global. Proses globalisasi bahasa Melayu (baru) untuk kawasan Nusantara, dan bahasa-bahasa Melayu untuk kawasan Asia Pasifik (mungkin termasuk Australia) menjadi tak terelakkan. Peranan kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukan pula bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi kosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada di pelbagai etnis yang ada di Nusantara.
Perubahan yang terjadi itu tidak hanya menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru (atau lebih tepat manusia marginal dan tradisional) yang dialami manusia di dalam sebuah proses perubahan. Lihatlah tokoh-tokoh dalam roman dan novel Indonesia. Lihatlah tokoh Siti Nurbaya di dalam roman Siti Nurbaya, tokoh Zainudin di dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tokoh Hanafi di dalam roman Salah Asuhan, tokoh Tini, dan Tono di dalam novel Belenggu, sampai kepada tokoh Lantip di dalam roman Priyayi. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berusaha masuk ke dunia yang baru, dunia yang global, dengan tertatih-tatih.
Dengan demikian, satra Indonesia (dan Melayu) modern pada hakikatnya adalah sastra yang berada pada jalur yang mengglobal itu. Sebagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia, sastra Indonesia tidak ada masalah dalam globalisasi karena ia memang berada di dalamnya. Yang menjadi soal adalah bagaimana menjadikan bahasa dan sastra itu memiliki posisi yang kuat di tengah-tengah masyarakatnya. Atau lebih jauh, bagaimana langkah untuk menjadikan masyarakatnya memiliki posisi kuat di tengah-tengah masyarakat dunia (lainnya).
Kalau merujuk kepada pandangan-pandangan Alvin Toffler atau John Naisbitt, dua peramal masa depan tanpa bola-bola kristal, bahasa Indonesia dan sastra Indonesia akan menjadi bahasa (dan sastra) yang penting di dunia.
Politik Bahasan dan Politik Sastra
Proses globalisasi kebudayaan yang terjadi mengakibatkan berubahnya paradigma tentang “pembinaan” dan “pengembangan” bahasa. Bahasa Indonesia pada masa depan bukan hanya menjadi bahasa negara, melainkan juga menjadi bahasa dari suatu tribe (suku) yang mengglobal. Bahasa tersebut harus mampu mengakomodasikan perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian yang mungkin dihadapi. Mekanisme pembinaan dan pengembangan tidaklah ditentukan oleh suatu lembaga, seperti Pusat Bahasa, tetapi akan amat ditentukan oleh
mekanisme “pasar”. Pusat Bahasa tidak perlu terlalu rewel dengan “bahasa yang baik dan benar”. Politik bahasa yang terlalu bersifat defensif harus ditinggalkan.
Di dalam kehidupan sastra juga diperlukan suatu politik sastra. Sastra Indonesia harus lebih dimasyarakatkan, tidak saja untuk bangsa Indonesia, tetapi juga untuk masyarakat yang lebih luas. Penerbitan karya-karya sastra harus dilakukan dalam jumlah yang besar. Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi semestinya menjadi tempat untuk membaca karya-karya sastra. Pengajaran sastra haruslah menjadikan karya-karya sastra sebagai sumber pengajaran.
Di dalam proses globalisasi, posisi yang harus diambil bukan sebagai objek perubahan, melainkan harus menjadi subyek. Bahasa dan sastra (Indonesia) amat potensial menjadi bahasa dan sastra yang diperhitungkan di dalam dunia global.
Jika dunia Melayu (dan Indonesia) akan hadir sebagai salah satu global-tribe di dunia dan kawasan Asia Pasifik, bahasa dan sastranya harus juga berkembang ke arah itu. Bahasa Melayu (dan Indonesia) harus siap menerima peranan yang demikian. Sastra Indonesia harus tetap menjadi sastra yang unik di tengah-tengah dunia yang global. Bahasa dan sastra Indonesia (Melayu) harus mampu menjadikan kekuatan budaya (global-trible) yang baru itu. Untuk itu, diperlukan suatu politik bahasa ( dan sastra) yang terbuka, bukan bersifat defensif.
Oleh:Prof. Dr. Mursai Esten
Sumber: Forum Bahasa dan Sastra

Pengaruh berkembangnya bahasa gaul dengan perkembangan Bahasa Indonesia

Pengaruh berkembangnya bahasa gaul dengan perkembangan Bahasa Indonesia

 

Tugas softskill Bahasa Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang masalah

Semakin berkembangnya zaman dari masa ke masa di era modernisasi ini, dari hari ke hari dari tahun ke tahun. Berkembangnya zaman juga berpengaruh kepada berkembangnya gaya hidup, berpengaruh kepada trend yang tercipta di masyarakat luas. Kita bisa lihat sendiri dari tahun ke tahun di masyarakat luas pasti tercipta trend. Trend ini bisa mempunyai dampak yang positif, namun trend yang berkembang luas di masyarakat juga bisa berdampak negative. Sebagai contoh simple yang paling gampang bisa kita dapati di masyarakat kita adalah masalah bahasa, masalah penggunaan bahasa sehari-hari di saat kita berbicara di lingkungan keluarga, di masyarakat dengan orang sebaya maupun yang lebuh tua. Bahasa yang kita gunakan sehari-hari mungkin tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak sesuai dengan kaidah eyd yang benar, trend bahasa ini disebut dengan bahasa gaul. Ironisnya tidak hanya dikalangan remaja, trend inipun berkembang dikalangan anak yang masih duduk dibangku kelas 5sd maupun smp. Trend bahasa masa kini yaitu dengan menyingkat-menyingkat kalimat dll sepertinya telah melekat dalam kehidupan sehari-hari kita.

Lalu pertanyaannya adalah apakah trend tersebut berdampak baik?apakah trend tersebut berdampak baik bagi perkembangan bahasa nasional kita? Atau apakah malah sebaliknya? Akan membuat terpuruk bahasa nasioal kita sendiri? Akan berdampak buruk bagi bahasa nasional kita yang katanya adalah sebagai salah satu alat pemersatu bangsa?. Kita sendiri juga mungkin tidak akan bisa menerima sebuah adat dan kebiasaan dari luar ataupun darimanapun yang masuk ke dalam masyarakat kita, tapi kita juga idak bisa menolaknya juga. Mengambil salah satu contoh simple lagi dari perkembangan trend yaitu dewasa ini kita tidak menjumpai satupun penyanyi cilik, kita tidak menjumpai atau jarang mendengarkan sebuah lagu anak-anak seperti di era 90-an, ironisnya anak-anak yang masih berusia 5-10 tahunpun sudah dijejali dengan lagu-lagu remaja dewasa dengan lirik percintaan dan dengan bahasa-bahasa gaul dsb. Oleh karena itu trend bahasa tersebut akan sangat berpengaruh sekali kepada perkembangan bahasa nasional kita, karena bibit-bibit bangsa kita saja sudah dijejali oleh trend bahasa tersebut. Berdasar permasalah yang sedikit diurai diatas penulis tertarik untuk membuat sebuah makalah yang berjudul “Pengaruh antara berkembangnya Bahasa gaul dengan perkembangan Bahasa Indonesia”.

BAB II
LANDASAN TEORI

2. Pengertian Bahasa

Secara umum bahasa dapat didefinisikan sebagai lambing. Pengertian lain dari bahasa adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap pada manusia. Perlu kita ketahui bahwa bahasa terdiri dari kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambing dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan,pikiran atau perasaan kita harus memiliki kata-kata yang tepat barulah kita mulai menyusunnya.

Selanjutnya yang berhubungan dengan bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan etimologi. Pengertian dari fnologi adalah bagian tata bahasa yang membahas atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses pembentukan kata secara gramatikal beserta unsure-unsur dan bentuk-bentuk kata. Sintaksis membicarakan komponen-komponen kalimat dan proses pembentukannya. Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti kata atau makna kata ialah semantic lalu yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi.
Bahasapun empunyai beberapa pengertian yang didefinisikan oleh para ahli, berikut ini mengenai penjelasan mpengertian dari beberapa ahli mengenai bahasa.

• Jalaludin Rahmat
melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Definisi yang diajukan Rakhmat ini tampak mencoba merangkum pengertian umum dengan pendapat linguis. Istilah sisi formal yang dikemukakan Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi.

• Plato
Pernyataan pikiran seseorang dengan perantara onomata dan rhemata yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara melalui mulut.

• Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.

BAB III
PEMBAHASAN

3. Pengaruh Bahasa Gaul Dengan Perkembangan Bahasa Indonesia

Didalam sebuah masyarakat luas yang namanya ada sebab pasti ada sebuah akibat, semuanya bertimbal balik. Yang menjadi sebuah permasalahannya yaitu apakah timbale baliknya tersebut bersifat positif atau negative. Jika bersifat positif maka kita bersyukur akan kehadirannya tetapi kitapun harus menjadi waspada jika timbale balik yang kita dapatkan tersebut adalah negative, apalagi ini sudah menyangkut masyarakat luas .Menyinggung lebih dalam lagi mengenai penggunaan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari mengenai perkembangannya di masyarakat luas. Mungkin saat ini kita telah mendapati bahwa seseorang mungkin jarang sekali menggunakan kalimat baku didalam berbicara sehari-hari, tidak pandang siapa lawan bicaranya, lebih tua atau sebaya, bahkan ketika berbicara dengan orang tua sekalipun.
Memang perkembangan bahasa gaul ini bisa dibilang akan sangat berdampak negative bagi bahasa nasional kita. Kita yang mestinya bisa bangga kepada bahasa sendiri, kita yang mestinya bisa menjadikan bahasa nasional kita menjadi bahasa yang bisa dikenal khalayak luar kini sedikit demi sedikit mulai pudar. Tetapi sepertinya masyarakat tidak ambil pusing, tidak memperdulikanya, buktinya mereka asik dan enjoy sekali mengembangkan trend bahasa-bahasa gaul yang diciptakakan didalam kehidupan sehari-hari mereka, mereka juga tidak sadar dengan mereka seperti itu apa yang dinamakan jiwa nasionalisme mereka sedikit demi sedikit mulai hilang.
Lalu sebenarnya mengapa bahasa gaul tersebut dapat tersebar luas? Sumber dan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangannya di masyarakat luas. Untuk menjawab pertnyaan-pertanyaan diatas tersebut sangat mudah sekali, factor-faktor dan penyebabnya ialah media audio visual yaitu televisi atau lebih tepatnya lagi tayangan-tayangan di televise seperti sinetron dll. Banyak remaja-remaja kita yang menirukan sepatah dua patah kata yang diucapkan oleh seseorang yang bermain di tayangan tv tersebut, lalu lambat laun kata-kata tersebut menjadi trend dan tersebar dengan cepatnya karena kita idak pungkiri 90% masyarakat kita membutuhkan tv sebagai hiburan.
Berbicara mengenai solusi yang tepat untuk menghambat keterpurukan berkembangnya bahasa nasional akibat dari berkembangnya bahasa-bahasa gaul yang tidak jelas itu sendiri mungkin harus datang dari diri masing-masing. Membatasi diri, memberdayakan diri untuk lebih pintar memilih-milih mana yang baik untuk diserap dan mana yang tidak. Karena tidak mungkin pula pemerintah melarang penayangan acara-acara telivisi tersebut, seperti yang kita ketahui itu semua telah menjadi kebutuhan hiburan kita

BAB IV
KESIMPULAN

4. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari permasalahan diatas sama seperti sedikit yang disinggung didalam bab III diatas pada paragraph terakhir. Kita harus bisa memberdayakan diri untuk lebih cerdas menyerap apa yang baik untuk kita dan tidak. Bagi para orang tua diharapkan juga untuk mendampingi anak-anaknya ketika sedang menonton cara televiisi, dan tolong jangan takut untuk menegur anak jika mereka mulai mengeluarkan ucapan yang tidak-tidak, ucpan yang tidak sepantasnya mereka ucapkan.